Kisah dibawah ini adalah salinan sejarah Alor yang
diambil dari buku berjudul Kabupaten Alor: Surga di Timur Matahari (Strategi
Tancap Gas Ala Amon Djobo dan Imran Guru). Saya kutip untuk memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai
Alor.
Salah
satu dari beragam cerita masa lalu yang paling banyak diketahui orang adalah
kisah “Perang Maya” di alor pada masa lalu antara Kerajaan Abui di pedalaman
wilayah pegunungan Pulau Alor dan Kerajaan Munaseli di ujung timur Pulau
Pantar. Pada “Perang Maya” berabad lampau itu, masing-masing kerajaan
mengerahkan daya mereka menggerakkan unsur-unsur utama alam. Para pendekar
sakti dari Kerajaan Munaseli (dipantar) mengirimkan lebah ke Kerajaan Abui
(pedalaman pegunungan ALOR). Sebaliknya, para pendekar sakti Kerajaan Abui
mengirimkan agni topan dan api ke Munaseli untuk membalas serangan mereka.
Dari
cerita lisan yang berkembang sampai saat ini, tengkorak Raja Abui yang memimpin
perang tersebut, masih tersimpan di sebuah Goa yang terletak di Mataru. Selepas
“Perang Maya” yang seolah-olah mengekspresikan kisah Qabil dan Habil, dua
putra Bapa Adam dengan Ibunda Hawa itu, berdirilah kerajaan-kerajaan baru,
yaitu Kerajaan Bunga Bali di Alor Besar dan Kerajaan Pandai di dekat Munaseli.
Perang lain juga terjadi antara Kerajaan Munaseli dengan Kerajaan Pandai.
Kerajaan Munaseli yang terdesak, meminta bala bantuan dari Kerajaan Majapahit.
Peristiwa
yang konon terjadi pada abad ke-13 atau 14 itu mengundang masuk bala tentara
Majapahit, kemudian bermukim di Munaseli, dan anak keturunannya menetap di sana
sampai kini. Empu Prapanca dalam salah satu versi buku Negara Kertagama yang
ditulisnya, mencatat peristiwa pengiriman bala tentanra itu bukan sebagai
intervensi, melainkan sebagai bala bantuan, yang akhirnya menimbulkan sebutan
tentang Pantar dengan Galiau. Persisnya, Galiau Watang Lema untuk melukiskan
Pantar sebagai kawasan pesisir kepulauan.
Galiau
juga mengandung maksud sebagai pumpunan atas lima kerajaan sebatih, meliputi
Kerajaan Kui, Kerajaan Bunga Bali, Batulolong, Kolana, dan Alor di Pulau Alor.
Kerajaan Alor, bahkan meliputi jazirah Kabola di bagian utara Pulau Alor. Di
Pulau Pantar, terkenal Kerajaan Blagar, Pandai, dan Baranua yang sering juga
disebut Baranusa. Dikatakan sebatih, karena para raja dari masing-masing
kerajaan ini mengaku berasal dari leluhur yang sama di masa lampau, yaitu Mau
Wolang dari Majapahit. Mereka lahir dan dibesarkan di Pandai.
Dari
cerita lisan yang berkembang hingga kini, masing-masing kerajaan mempunyai
hubungan dagang dan membentuk aliansi dari Solor sampai Lembata. Mereka
menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di tanah Jawa dan Sulawesi,
bahkan dengan masyarakat di kepulauan kecil yang masuk ke dalam wilayah
Australia. Para pelaut dari Alor-Pantar melakukan perjalanan dengan berlayar
sampai ke Pulau Pasir di Australia di bagian utara.
Sumber: Haesy, N. Syamsuddin CH. 2014. Kabupaten Alor: Surga di Timur Matahari
(Strategi Tancap Gas Amon Djobo dan Imran Guru). Jakarta: Akar Padi Selaras
Media


Emoticon